Konsultasi Hukum Terkait Penipuan Online Dan Kendala Penyelidikan by Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Mata Elang

Terjebak Penipuan Online? Begini Cara Lacak Pelaku dan Atasi Kendala Penyelidikan!
Korban penipuan online kesulitan melacak
pelaku karena bank menolak memberikan data? Pelajari langkah hukum yang tepat,
mulai dari meningkatkan status laporan, mendesak penyidik, hingga meminta
penetapan pengadilan agar identitas pelaku terungkap dan uang Anda kembali.
Pendahuluan
Tindak pidana penipuan online semakin marak terjadi, dan
para korban sering kali dihadapkan pada situasi yang membingungkan dan
melelahkan. Anda mungkin sudah melaporkan kasus ke polisi, namun proses
penyelidikan terhambat karena bank menolak memberikan data pelaku. Kondisi ini
seringkali membuat korban merasa frustrasi dan putus asa. Namun, perlu Anda
ketahui bahwa ada prosedur hukum yang dapat ditempuh untuk mengatasi kendala
ini dan membantu penyidik mengungkap identitas pelaku. Artikel ini akan menjelaskan
secara rinci tentang dasar hukum penipuan online, kewenangan penyidik, dan
langkah-langkah konkret yang bisa Anda lakukan agar kasus Anda terus berjalan.
Kami akan menggunakan bahasa yang mudah dipahami, menghindari jargon hukum yang
rumit, sehingga Anda dapat mengambil tindakan yang tepat.
Memahami Dasar Hukum Penipuan Online dan Kerahasiaan Bank
Kasus penipuan online dapat dijerat dengan dua undang-undang utama:
- Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) terkait dengan tindak pidana penipuan.
- Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) dan perubahannya, yang mengatur tentang perbuatan curang yang merugikan orang lain melalui media elektronik.
Meskipun bank di Indonesia terikat pada Undang-Undang Nomor
10 Tahun 1998 tentang Perbankan yang mewajibkan mereka menjaga kerahasiaan data
nasabah , ada pengecualian yang diatur dalam undang-undang. Salah satu
pengecualian tersebut adalah untuk kepentingan penyidikan tindak pidana.
Penyidik kepolisian memiliki wewenang untuk meminta data nasabah kepada bank,
asalkan melalui prosedur yang benar. Prosedur ini mengharuskan adanya Surat
Permintaan Resmi yang diterbitkan berdasarkan Laporan Polisi (LP) yang telah
dibuat.
Kendala Umum: Kasus Masih Berstatus "Aduan"
Kendala utama yang sering terjadi adalah bank menolak
memberikan data pelaku kepada penyidik. Ini kemungkinan besar disebabkan karena
kasus Anda masih dalam tahap "aduan" dan belum ditingkatkan menjadi
"Laporan Polisi" yang resmi. Selama kasus Anda masih berstatus aduan,
dasar hukum bagi penyidik untuk meminta data dari bank masih lemah. Oleh karena
itu, langkah pertama yang paling krusial adalah memastikan status kasus Anda
ditingkatkan.
Langkah Hukum yang Harus Anda Ambil
Berikut adalah solusi dan langkah-langkah yang kami sarankan
untuk membantu Anda mengatasi kendala ini dan mempercepat proses penyelidikan:
1. Dorong Penyidik untuk Menaikkan Status Kasus dari "Aduan" ke "Laporan Polisi" (LP)
Ini adalah langkah paling penting yang harus Anda lakukan. Berkomunikasi kembali dengan penyidik yang menangani kasus Anda. Jelaskan kendala yang Anda hadapi dan dorong mereka untuk menaikkan status kasus dari aduan menjadi Laporan Polisi. Setelah laporan Anda ditingkatkan menjadi LP, penyidik akan memiliki dasar hukum yang kuat untuk menerbitkan surat permintaan data nasabah kepada bank.
2. Bantu Penyidik Mengeluarkan Surat Permintaan Data Nasabah
Setelah Laporan Polisi dibuat, jangan berdiam diri. Lanjutkan komunikasi dengan penyidik Anda. Pastikan penyidik menerbitkan Surat Permintaan Data Nasabah secara resmi dan ditujukan kepada bank terkait (sesuai dengan nama bank yang digunakan pelaku). Surat ini harus mencantumkan nomor Laporan Polisi yang telah dibuat. Bank pada umumnya akan memproses permintaan ini setelah menerima surat resmi tersebut.
3. Jika Bank Tetap Menolak, Ajukan Penetapan Pengadilan
Apabila bank tetap menolak memberikan data meskipun sudah
ada surat resmi dari penyidik berdasarkan Laporan Polisi, masih ada jalur hukum
yang lebih kuat. Penyidik dapat mengajukan permohonan Penetapan Pengadilan
untuk memaksa bank memberikan data nasabah yang dibutuhkan. Proses ini memang
membutuhkan waktu tambahan, tetapi merupakan jalur hukum yang paling kuat untuk
mendapatkan data pelaku.
4. Siapkan Bukti-bukti Pendukung Selengkapnya
Walaupun Anda sudah membuat laporan, pastikan Anda menyimpan
semua bukti-bukti terkait penipuan tersebut secara lengkap. Bukti-bukti ini
sangat penting untuk memperkuat laporan Anda dan membantu penyidik. Bukti-bukti
yang harus Anda siapkan antara lain:
- Salinan Laporan Aduan/Laporan Polisi Anda.
- Bukti transfer atau mutasi rekening.
- Tangkapan layar (screenshot) percakapan atau iklan online.
- Semua nomor telepon atau identitas online yang digunakan pelaku.
Pentingnya Pendampingan Hukum Profesional
Proses penanganan kasus penipuan online, terutama dengan adanya kendala di tahap penyidikan, bisa menjadi sangat rumit, memakan waktu, dan melelahkan. Komunikasi dengan pihak kepolisian dan bank seringkali membutuhkan pemahaman prosedur hukum yang mendalam. Oleh karena itu, sangat disarankan untuk mendapatkan pendampingan hukum profesional.
LBH Mata Elang atau Kantor Hukum Mata Elang Law Firm & Partners siap memberikan pendampingan hukum yang Anda butuhkan. Anda dapat meminta kami untuk:
- Mendampingi Anda berkomunikasi dengan penyidik agar proses penanganan kasus bisa berjalan lebih efektif dan sesuai prosedur hukum.
- Membantu menyusun surat-surat resmi jika diperlukan untuk mendukung proses penyidikan.
Pendampingan hukum profesional dapat membantu memastikan
bahwa hak-hak Anda sebagai korban terpenuhi dan proses penyelidikan berjalan
sesuai koridor hukum, sehingga Anda memiliki peluang lebih besar untuk
mendapatkan keadilan.
Kesimpulan
Jangan biarkan kendala dari pihak bank menghalangi proses hukum kasus penipuan online Anda. Dengan memahami prosedur yang tepat, yaitu mendorong penyidik untuk meningkatkan status laporan menjadi Laporan Polisi dan membantu mereka mendapatkan surat permintaan resmi, Anda dapat membuka jalan bagi pengungkapan identitas pelaku. Jika bank tetap menolak, pengajuan penetapan pengadilan adalah langkah pamungkas yang bisa diambil. Simpan semua bukti-bukti Anda dan carilah pendampingan hukum profesional untuk memastikan prosesnya berjalan efektif.